Desa Ayah, kecamatan
Ayah kabupaten Kebumen - Senin (27/10/2014) telah mengadakan acara tahunan berupa
kegiatan selamatan Desa yang dipusatkan di balai desa setempat, selain
menggelar pertunjukan Wayang kulit malam dan sore harinya juga diisi dengan selamatan desa (tasyakuran).
sambutan Kepala Desa Ayah, Ibu Suparni |
Setiap warga, Lembaga Desa, beserta tokoh masayarakat dan agama Desa Ayah membuat berkat (nasi
Selamatan). Berkat berisi nasi beserta lauk pauknya yang dibuat dan dibawa ke balai desa.
Tujuan dari adanya ambengan ini sebagai wujud kerukunan dan kekompakan
antar warga juga perwujudan rasa syukur kepada yang maha kuasa atas
rezeki yang diberikan kepada seluruh warga.
"Acara selamatan desa ini memang sudah dianggarkan desa setiap tahun
sekali dengan menggelar kesenian tradisional berupa wayang kulit semalam
suntuk. Selain untuk menghibur masyarakat tanggapan wayang ini juga
untuk melestarikan budaya leluhur kita. Nah untuk nasi berkat ini hasil
swadaya masyarakat setiap RT, mereka buat sendiri diantar ke balai desa
secara bersama-sama dan setelah didoakan bersama-sama kemudian dinikmati
bersama-sama inilah wujud kerukunan kita," ujar Kepala desa Ayah Suparni yang ditemui disela-sela acara selamatan sore
tadi.
Acara selamatan desa yang dipusatkan dibalai desa dengan menanggap
wayang juga selamatan bersama ini mendapatkan perhatian tersendiri bagi
segenap warga desa Ayah dan sekitarnya . Jalan raya di dekat
balai desa yang biasanya sepi kini ramai dengan datangnya para pedagang musiman pada keramaian ini.
Puncak terjadi ketika berkat dari seluruh warga dibawa menuju
ke balai desa untuk didoakan bersama-sama, semua warga membaur balai desa, Apalagi setelah doa selesai dipanjatkan oleh Modin maka para pembawa
berkat maupun warga langsung mebuka tumpeng dan saling bertukar lauk pauk yang selanjutnya diteruskan dengan makan bersama.
"Inilah salah satu keasyikan dari acara selamatan desa dengan slametan
tumpeng atau nasi berkat,
Selain selamatan yang ditunggu-tunggu oleh warga masyarakat adalah pentas wayang kulitnya , karena sebagian masyarakat dari
generasi tua masih menyukai tontonan wayang kulit ini.
Menurut mereka dalam pertunjukan wayang kulit selain mendapatkan
hiburan juga mendapatkan nasehat-nasehat yang terkandung dalam lakon
wayang itu sendiri. Oleh karena itu jika digelar pertunjukan wayang
kulit kebanyakan yang hadir menonton adalah para generasi tua.
Namun demikian dengan kemajuan jaman pertunjukan wayang kulit ini
kadang-kadang juga di sertai dengan lagu-lagu campur sari ataupun
ndangdhutan dalam pergelarannya.
Sehingga pertunjukan wayang tidak membosankan karena , diselingi juga
lagu-lagu untuk anak muda sehingga kadang kala anak muda dapat ikut
berjoget dalam pergelaran wayang kulit.
"Mudah-mudahan pergelaran wayang kulit nanti tidak monoton begitu saja ,
namun ada campur sari dan lagu ndangdhutannya biar asyik dan tidak
membosankan para penonton utamanya anak muda disini," ujar salah seorang
anak muda yang tidak mau disebut namanya.
Memang selamatan desa merupakan wujud budaya tinggalan nenek moyang
kita yang lazim dilaksanakan pada bulan syuro sehingga dikenal orang
sebagai syuran, Mereka meyakini selamatan desa ini selain sebagai wujud
rasaya syukur terhadap pencipta juga penghilang sukar atau mara bahaya
yang ada di dalam desa.
Untuk mendoakan arwah para leluhur dan membersihkan desa dari segenap mara bahaya maka perlu diadakan selamatan desa yang melibatkan seluruh warga desa. Seperti desa
ayah ini untuk memeriahkan pesta selamatan desa ini mereka rela
urunan untuk membuat berkat sebagai wujud kerukunan sesama warga dan rasa syukur kepada sang
maha pencipta.
Selain di desa Ayah Kebumen ini pesta selamatan desa mungkin
masih dilestarikan ditempat lain dengan wujud berbeda namun esensi yang
terkandung didalamya adalah sama.
0 Komentar untuk "SELAMATAN DESA, Wujud Ungkapan Rasa Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa"